PANGUMPULAN
DATA KUALITATIF
1.
Observasi
Observasi juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data
yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya
merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman,
pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah
penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek,
kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi
dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk
menjawab pertanyaan penelitian.
Bungin (2007) mengemukakan beberapa bentuk observasi, yaitu:
1). Observasi partisipasi, 2). observasi tidak terstruktur, dan 3). observasi
kelompok. Berikut penjelasannya:
a.
Observasi partisipasi adalah (participant
observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian
melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibat dalam keseharian
informan.
b.
Observasi tidak terstruktur ialah pengamatan
yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti
mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan.
c.
Observasi kelompok ialah pengamatan yang
dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat
menjadi objek penelitian
Tujuan Observasi
Pada dasarnya
observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari,
aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam
aktivitas, dan makna kejadian dilihat dan perspektif mereka terlibat dalam
kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi harus
kuat, faktual, sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai hal yang tidak
relevan.
Observasi perlu dilakukan karena beberapa alasan, yaitu:
a.
Memungkinan untuk mengukur banyak perilaku
yang tidak dapat diukur dengan menggunakan alat ukur psikologis yang lain (alat
tes). Hal ini banyak terjadi pada anak-anak.
b.
Prosedur Testing Formal seringkali tidak
ditanggapi serius oleh anak-anak sebagaimana orang dewasa, sehingga sering
observasi menjadi metode pengukur utama.
c.
Observasi dirasakan lebih mudah daripada
cara peugumpulan data yang lain. Pada anak-anak observasi menghasilkan
informasi yang lebih akurat daripada orang dewasa. Sebab, orang dewasa akan
memperlihatkan perilaku yang dibuat-buat bila merasa sedang diobservasi
Teknik Observasi
Ada tiga jenis teknik pokok dalam observasi yang
masing-masing umumnya cocok untuk keadaan-keadaan tertentu, yaitu:
a. Observasi Partisipan
Suatu observasi
disebut observasi partisipan jika orang yang rnengadakan observasi (observer)
turut ambil bagian dalam perikehidupan observer. Jenis teknik observasi
partisipan umumnya digunakan orang untuk penelitian yang bersifat eksploratif.
Untuk menyelidiki satuan-satuan sosial yang besar seperti masyarakat suku
bangsa karena pengamatan partisipatif memungkinkankan peneliti dapat
berkomunikasi secara akrab dan leluasa dengan observer, sehingga memungkinkan
untuk bertanya secara lebih rinci dan detail terhadap hal-hal yang akan
diteliti.
Beberapa persoalan
pokok yang perlu mendapat perhatian yang cukup dan seorang participant observer
adalah sebagai berikut:
Ø
Metode Observasi
Persoalan tentang metode observasi sama
sekali tidak dapat dilepaskan dari scope dan tujuan penelitian yang hendak
diselenggarakan. Observer perlu memusatkan perhatiannya pada apa yang sudah
diterangkan dalam pedoman observasi (observation guide) dan tidak terlalu
insidental dalam observasi-observasinya.
Ø
Waktu dan Bentuk Pencatatan
Masalah kapan dan bagaimana mengadakan
pencatatan adalah masalah yang penting dalam observasi partisipan. Sudah dapat
dipastikan bahwa pencatatan dengan segera terhadap kejadian-kejadian dalam
situasi interaksi merupakan hal yang terbaik.
Pencatatan on the spot akan mencegah
pemalsuan ingatan karena terbatasnya ingatan. Jika pencatatan on the spot tidak
dapat dilakukan, sedangkan kelangsungan situasi cukup lama, maka perlu
dijalankan pencatatan dengan kata-kata kunci. Akan tetapi pencatatan semacam
ini pun harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak menarik perhatian dan tidak
menimbulkan kecurigaan. Pencatatan dapat dilakukan, misalnya pada kertas-kertas
kecil atau pada kertas apa pun yang kelihatannya tidak berarti.
Ø
Intensi dan Ekstensi Partisipasi
Seacara garis besar, partisipasi tidaklah
sama untuk semua penelitian dengan observasi partisipan ini. Peneliti dapat
mengambil partisipasi hanya pada beberapa kegiatan sosial (partial
participation), dan dapat juga pada semua kegiatan(full particiration). Dan,
dalam tiap kegiatan itu penyelidik dapat turut serta sedalam-dalamnya
(intensive participation) atau secara minimal (surface participation). Hal ini
tergantung kepada situasi.
Dalam observasi partisipan, observer
berperan ganda yaitu sebagai pengamat sekaligus menjadi bagian dan yang
diamati. Sedangkan dalam observasi nonpartisipan, observer hanya memerankan
diri sebagai pengamat. Perhatian peneliti terfokus pada bagaimana mengamati,
merekam, memotret, mempelajari, dan mencatat tingkah laku atau fenomena yang
diteliti. Observasi nonpartisipan dapat bersifat tertutup, dalam arti tidak
diketahui oleh subjek yang diteliti, ataupun terbuka yakni diketahui oleb
subjek yang diteliti.
b. Observasi Sistematik
Observasi
sistematik biasa disebut juga observasi berkerangka atau structured
observation. Ciri pokok dari observasi ini adalah kerangka yang memuat
faktor-faktor yang telah di atur kategorisasinya lebih dulu dan ciri-ciri
khusus dari tiap-tiap faktor dalam kategori-kategori itu.
Ø
Materi Observasi
Isi dan luas situasi yang akan diobservasi
dalarn observasi sistematik umumnya lebih terbatas. Sebagai alat untuk
penelitian desicriptif, peneliti berlandaskan pada perumusan-perumusan yang
lebih khusus. Wilayah atau scope observasinya sendiri dibatasi dengan tegas
sesuai dengan tujuan dan penelitian, bukan situasi kehidupan masyarakat seperti
pada observasi partisipan yang umumnya digunakan dalam penelitian eksploratif.
Perumusan-perurnusan
masalah yang hendak diselidikipun sudah dikhususkan, misalnya hubungan antara
pengikut, kerjasama dan persaingan, prestasi be1aar, dan sebagainya. Dengan
begitu kebebasan untuk memilih apa yang diselidiki sangat terbatas. Ini
dijadikan ciri yang membedakan observasi sistematik dan observasi partisipan.
Ø
Cara-Cara Pencatatan
Persoalan-persoalan yang telah dirumuskan
secara teliti memungkinkan jawaban-jawaban, respons, atau reaksi yang dapat
dicatat secara teliti pula. Ketelitian yang tinggi pada prosedur observasi
inilah yang memberikan kemungkinan pada penyelidik untuk mengadakan
“kuantifikasi” terhadap hasil-hasil penyelidikannya. Jenis-jenis gejala atau
tingkah laku tertentu yang timbul dapat dihitung dan ditabulasikan. Ini nanti
akan sangat memudahkan pekerjaan analisis hasil.
c. Observasi Eksperimental
Observasi dapat
dilakukan dalam lingkup alamiah/natural ataupun dalam lingkup experimental.
Dalam observasi alamiah observer rnengamati kejadian-kejadian,
peristiwa-peristiwa dan perilaku-perilaku observe dalam lingkup natural, yaitu
kejadian, peristiwa, atau perilaku murni tanpa adanya usaha untuk menguntrol.
Observasi
eksperimental dipandang sebagai cara penyelidikan yang relatif murni, untuk
menyeidiki pengaruh kondisi-kondisi tertentu terhadap tingkah laku manusia.
Sebab faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkah laku observee telah
dikontrol secermat-cermatnya, sehingga tinggal satu-dua faktor untuk diamati
bagaimana pengaruhnya terhadap dimensi-dimensi tertentu terhadap tingkah laku.
Ciri-ciri penting
dan observasi eksperimental adalah sebagai berikut :
ü
Observer dihadapkan pada situasi perangsang
yang dibuat seseragam mungkin untuk semua observee.
ü
Situasi dibuat sedemikian rupa, untuk
memungkinkan variasi timbulnya tingkah laku yang akan diamati oleh observee.
ü
Situasi dibuat sedemikian rupa, sehingga
observee tidak tahu maksud yang sebenannya dan observasi.
ü
Observer, atau alat pencatat, membuat
catatan-catatan dengan teliti mengenai cara-cara observee mengadakan aksi
reaksi, bukan hanya jumlah aksi reaksi semata.